Selasa, 18 Oktober 2011

Penguatan Partisipasi Perempuan Dalam Upaya Pengembangan Kebun Bibit Rotan Jernang


Sedikit sekali kegiatan yang telah dikembangkan oleh masyarakat desa dalam bidang pelestarian keaneka-ragaman hayati hutan dan lingkungan hidup serta restorasi ekosistem kawasan hutan sekitar desa. Bahkan sulit ditemukan kegiatan ini yang dilakukan secara partisipatif oleh perempuan desa. Di sisi lain, MANE Foundation d’Entrepris telah memberikan inisitInisiatif untuk menjamin keberlangsungan yang menggunakan keanekaragaman hayati dan promosi keseimbangan pembagian dan pemanfaatan yang diperoleh dari penjualan yang bersumber dari keanekaragaman yang digunakan dalam industri komestik dan parfum (The MANE Foundation d'Entreprise, 2011).

Meskipun beberapa kegiatan masyarakat telah memberikan perhatian pada pelestarian keaneka-ragaman hayati hutan dan lingkungan hidup serta restorasi ekosistem kawasan hutan sekitar desa (mis. Hadison, 2010; Nirmaysah, 2009a, 2009b; Gita Buana, 2006a, 2006b, 2006c, 2009a, 2009b; CIFOR, 2007; Wetland, 2009). Lebih lanjut, pelestarian keaneka-ragaman hayati ini belum mengakomodir terhadap perbaikan lingkungan hidup dan retorasi ekosistem kawasan hutan sekita desa yang dilakukan oleh perempuan desa

Gita Buana sebagai salah satu NGO lokal di Provinsi Jambi telah mencoba menggagas inisiatif pelestarian kawasan hutan dengan mengkonsentrasikan peningkatan pemanfaatan hutan dan hasil hutan non kayu dengan cara tidak menebang atau memotong kayunya. Atas dukungan IUCN-NC Netherlands langsung maupun tidak langsung, Gita Buana telah membangun fokus aktivitas untuk site hutan dataran rendah  selama 5 tahun melalui aktivitas survey/riset, study banding, demplot tanaman, training dan penguatan masyarakat di desa Lamban Sigatal Kabupaten Sarolangun untuk pengembangan Rotan Jernang.

Selama kurun waktu tersebut Gita Buana bersama masyarakat desa Lamban Sigatal menyakini bahwa pengembangan tanaman dari jenis Rotan Jernang mampu menekan dan menggeser kerusakan hutan akibat aktivitas pemanfaatan kayu tanaman hutan dan dapat diandalkan dalam berbagai upaya pemulihan kawasan hutan dengan sistem Agroforestry baik untuk tanaman kayu hutan maupun perkebunan (karet). Melalui pengembangan rotan jernang diharapkan upaya keanekaragaman hayati dapat dipertahankan atau dipulihkan kembali serta memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat desa pinggiran hutan.

Rotan Indonesia telah diakui sebagai penyuplai kebutuhan dunia terbesar  dan seiring meningkatnya laju kehilangan hutan alam Indonesia, produksi hasil hutan pun semakin berkurang begitu juga dengan rotan. Berbagai upaya telah cukup banyak dilakukan untuk menekan laju kehilangan hutan di Indonesia mulai dari penerapan berbagai model atau konsep pembangunan dan pengembangan kehutanan yang langsung ditangani Pemerintah dengan melibatkan privat maupun masyarakat namun belum mampu menunjukkan berkurangnya laju kehilangan hutan yang ada baik secara luasan maupun intensitas tegakkan (Hadison, 2010).

Tantangan baru yang muncul saat ini adalah meningkatnya kebutuhan bibit tanaman rotan jernang sementara produksi bibit yang dihasilkan kelompok jernang yang dibina oleh Gita Buana pasca dukungan proyek masih sangat rendah. Banyak pihak yang tertarik untuk juga mengembangkan rotan jernang saat ini namun tidak dapat dipenuhi karena kelompok binaan masih mengutamakan peruntukan bibit untuk masyarakat di desa sendiri sehingga jika ada pihak luar yang mendesak untuk membeli maka harga jual bibit oleh anggota kelompok sangat tinggi atau mahal.

Hal ini dinilai cukup menghambat proses replikasi atau perluasan pengembangan inisiatif pemulihan restorasi ekosistem yang dikembangkan oleh Gita Buana untuk site program hutan dataran rendah (Lowland Forest) karena utamanya pengembangan rotan jernang membutuhkan tegakan dari jenis pohon berkayu, sehingga upaya konservasi/reboisasi dapat benar-benar sejalan dengan manfaat ekonomi yang diterima masyarakat desa.
Oleh karena itu saat ini Gita Buana masih sangat membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk mewujudkan dan mencapai visi dan misinya pada site program Restorasi Hutan Dataran Rendah Sumatera khususnya di Provinsi Jambi.

Tujuan umum dari inisiatif ini adalah percepatan pemulihan keragaman hayati dan restorasi ekosistem kawasan hutan dataran rendah di Provinsi Jambi. Dan hasil yang akan di capai dalam partisipasi ini berupa ; meningkatnya peran serta perempuan desa dalam upaya inisiatif pelestarian lingkungan dan restorasi ekosistem kawasan hutan sekitar desa ; peran aktif perempuan desa dalam inisiatif pelestarian lingkungan dan restorasi ekosistem ; dan, adanya perhatian dan dukungan berbagai pihak terhadap inisiatif kelompok konservasi perempuan desa Lamban Sigatal.

Indikator hasil di peroleh dari kegiatan berupa ; tumbuhnya 4 kelompok perempuan desa penggerak konservasi di Desa Lamban Sigatal ; diperoleh 80 orang perempuan anggota kader konservasi di Desa Lamban Sigatal ; adanya rencana aksi/kegiatan pada 4 kelompok perempuan desa Lamban Sigatal ; adanya dukungan pembangunan kebun bibit konservasi kelompok perempuan ; tersedia bibit tanaman kayu hutan & rotan jernang ± 8000 bibit.

Untuk mencapai hasil dari indikator di atas, perlu dilakukan aktivitas-aktivitas berupa ; pemetaan ragam jenis pemanfaatan keanekaragaman hayati secara partisipatif oleh masyarakat desa (peta situasi/kondisi, lokasi, bentuk dan pola pemanfaatan serta perubahannya) ; sosialisasi dan penguatan kesadaran lingkungan serta kearifan lokal masyarakat desa ; Penguatan dan asistensi organisasi kelompok konservasi perempuan desa ; fasilitasi pertemuan/diskusi rutin bulanan bagi kelompok perempuan pada 4 dusun  di Desa Lamban Sigatal ; memfasilitasi penyusunan rencana konservasi kelompok ; membangun kebun bibit konservasi tanaman kehutanan desa ; asistensi kebun bibit konservasi tanaman kehutanan desa.



Sumber Pustaka

-     Gita Buana, 2003 – 2006a. Membangun Kolaborasi dan belajar bersama untuk pengelolaan hutan yang adil dan lestari. DfID.
-     Gita Buana, 2004 – 2006b. Expansion of Bukit Tigapuluh National Park and Protection of Its Wider Ecosystem. CEPF.
-     Gita Buana, 2005 – 2006c. Promosi pengembangan hasil hutan non kayu di Kabupaten Sarolangun. TRP-IUCN NC.
-     Gita Buana, 2005 – 2006d. Perencanaan Pengelolaan dan Pembangunan Desa Kawasan Ekosistem Lahan Basah Pesisir Pantai Timur Berbak secara Partisipatif. SWP – IUCN NC.
-     Gita Buana, 2007 – 2009a. To Lessen the Negative Impact and Restore the Productivity of Wetlands Use by Local Communities in the Buffer zone of Berbak National Park. EGP – IUCN.
-     Gita Buana, 2007 – 2009b. Jaringan Kerja Pemantauan Kejahatan Kehutanan – Jambi. FLEGTI – SP Jambi.
-     Hadison. A, 2006 -2011. Koordinator Program Lahan Basah Berbak Untuk Kerjasam Gita Buana – IUNC NC Netherlands (SWP & EGP).
-     Hadison, 2010. Penguatan Partisipasi Perempuan Dalam Upaya Pengembangan Kebun Bibit Rotan Jernang. Non- Timber Forest Product.
-     Indriatmoko, Yayan et al., 2007. Dari Desa Ke Desa. CIFOR
-     Mane. M, 2011. First Small Grants Contest. Promote, support and coordinate, in France or at the international level, projects related to sustainable use of biodiversity. The MANE Foundation d’Enterprise at V Mane Fils, 620 route de Grasse, 06620 Le Bar sur Loup, France.
-     Nirmaysah, 2009a. Mendorong kepastian usaha pengembangan jernang sebagai upaya mengurangi tekanan terhadap ekosistem hutan Bukit Bahar Tajau Pecah Kabupaten Sarolangun. Yayasan Gita Buana.
-     Nirmaysah, 2009b. Perbaikan Strategi Pemasaran Jernang di Desa Lamban Sigatal, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi – Yayasan Gita Buana.
-     Wetland Internasional, 2005 – 2009. Ringkasan Profil Kegiatan. Wetland Internasional – Indonesia Programme.