Selasa, 31 Agustus 2010

Studi Skema Rantai Pemasaran Jernang




Marketing Management Cycle of Jernang: Durability, up 10 years
Siklus Pengelolaan Pemasaran Jernang untuk tahan 10 tahun, 2009-2019

By:  Oldy Arnoldy.

1.   Pejernang
¨  Pembudidayaan Jernang
1.    Lahan dan Bibit.
2.    Pupuk dan Perawatan.
3.    Rotasi tanam.
¨  Pengolahan Hasil
1.    Teknik Pengolahan hasil.
2.    Teknik Pengemasan.
3.    Teknik Penyimpanan.

2.   Gita Buana
¨  Survey Pasar
1.    Segmentasi : Pasar Lokal dan Pasar Eksport.
2.    Target : Permintaan dengan perjanjian waktu.
3.    Posisi : Mutu hasil mempengaruhi Permintaan.
¨  Pemasaran
1.    Product.
2.    Price.
3.    Place.
4.    Promotion.
5.    People.
6.    Physical evidence.
7.    Process.
¨  Pemantauan Budidaya dan Pasar
1.    Planning.
2.    Organiting.
3.    Leading.
4.    Controling.

3.   Pembeli
¨  Kualitas.
¨  Kuantitas.
¨  Pelayanan.
¨  Data Pelanggan.
¨  Penambahan ruang Pasar.

4.   Total Quality Management of Jernang : Improvement system
¨  Sistem Informasi Manajemen Jernang
¨  Sistem Informasi Pasar Jernang
¨  Sistem Informasi Geography Jernang

Budidaya Jernang Dikembangkan

Mengantisipasi kepunahan tanaman konservasi jernang (Daemonorops Sp) seiring maraknya pembukaan liar hutan, masyarakat mulai mengembangkannya di Desa Lamban Sigatal dan Sepintun, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Kebutuhan negara asing akan getah jernang atau dikenal dalam perdagangan internasional sebagai dragon blood, cukup tinggi. China misalnya, membutuhkan 400 ton getah jernang per tahun, untuk diolah sebagai bahan baku pewarna dalam industri porselin, marmer, dan bahan penyamakan kulit. Sejauh ini sentra penghasil jernang, Sumatera dan Kalimantan, baru dapat memasok 27 ton per tahun. Meski tingkat permintaan tinggi, jernang malah semakin sulit didapatkan karena banyak hutan menggundul.

"Sekarang ini, kami harus masuk ke hutan lebih dalam lagi. Satu minggu lebih mencari, baru bisa mendapatkan satu atau dua kilogram jernang," tutur Rudi, Dusun II, Desa Sepintun. Menurut Rudi, masyarakat tengah melaksanakan budidaya tanaman jernang. Melalui usaha ini, diharapkan ekonomi masyarakat dapat terangkat. Keberadaan tanaman ini diharapkan juga dapat tetap dipertahankan.

Abdul Hadison, Direktur Gita Buana, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tengah memberdayakan masyarakat untuk budidaya jernang di dataran rendah Kabupaten Sarolangun, pilot projectnya dilaksanakan di Desa Sepintun dan Lamban Sigatal. Saat ini,  selesai proses pembibitan melalui teknik penyekapan. Melalui teknik ini, masa produktif tanaman dapat dipercepat.



Kawasan hutan di Desa Lamban Sigatal adalah bagian dari zona penyangga blok hutan Bukit Bahar Tajau Pecah (BBTP). Masyarakat sejak lama menikmati hasil hutan kayu dan nonkayu. Pengambilan kayu baik yang dilakukan perusahaan maupun masyarakat sangat eksploitatif, bahkan sumber daya hutan nonkayu ikut musnah. Ironisnya, eksploitasi hutan ternyata tak memberi kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Paling diuntungkan dalam praktik ini pemilik modal atau tauke.