PENDAHULUAN
Rotan sebagai tumbuhan liana hutan dikelompokan ke
dalam jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) cukup petnsial menginat sumberdaya
jenis rotan yang relatif tinggi, dimana dari sekitar 530 jenis rotan dunia, 316
diantaranya terdapat di dalam kawasan hutan Indonesia, berasal dari genus Calamus,
Daemonorops, Ceratolobus, Korthalsia, Plectocomia, Plectocomiopsis, Cornera
dan Miryalepis1.
Jernang adalah salah satu dari sekian banyak jenis
tanaman rotan. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Departemen Kehutanan Republik Indonesia (Puslitbang PHKA Dephut
RI), jernang hanya terdapat di 3 negara di dunia yaitu Indonesia, Malaysia dan
India. Indonesia memiliki potensi jernang terbesar yaitu di Sumatera (Aceh dan
Jambi) serta Kalimantan.
Berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh Yayasan
Gita Buana (salah satu lembaga swasta non-pemerintah yang ada di Propinsi
Jambi) maupun pemerintah teridentifikasi jika saat ini populasi jernang
terpusat pada kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Bukit Dua Belas, Taman
Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Kerinci Seblat dan kawasan-kawasan
lainnya yang masih memiliki kawasan hutan sekunder. Daerah yang menjadi pusat
produksi atau penyuplai jernang adalah Kabupaten Batanghari, Sarolangun,
Merangin, Muara Tebo, Muara Bungo, dan Tanjung Jabung Barat.
Perbedaan antara rotan secara umum dengan jernang
secara khusus adalah dalam pemanfaatan hasil panen. Tanaman rotan dimanfaatkan
dalam bentuk produk batang yang banyak digunakan untuk mendukung industri
berbagai jenis produk barang jadi seperti barang anyaman, kursi, tikar dan
furniture lainnya.
Pada tanaman rotan jernang, mayarakat lebih mengutamakan
buah yang memiliki resin pada kulitnya sehingga pemanfaatan batang sangat
sedikit. Masyarakat mengenal resin buah rotan jernang dengan sebutan “getah jernang”. Pemanfaatan getah
jernang lebih antara lain sebagai bahan baku pewarna dalam industri porselen,
marmer dan bahan penyamak kulit, sebagai bahan baku industri obat herbal dalam
penanganan penyakit pendarahan (blooding)
dan penyembuhan luka dalam maupun luka luar. Sementara itu pemanfaatan
batang rotan untuk bahan anyaman masih sedikit.
Menurut Yana Sumarna (2004), produk getah jernang
hanya berasal dari genus rotan Daemonorops diantaranya adalah D. draco, D.
dydimophylla, D. draconcellus, D. mattanensis dan D. micraccantha, dengan nama local seperti jernang mundai,
jernang beruang, jernang kuku, getah badak, pulut, burung, jernang salak dan
getik warah dll.
Perbedaan antara rotan biasa dengan rotan jernang
adalah bahwa rotan biasa umumnya diambil batangnya saja sedangkan buahnya
tidak. Tetapi pada rotan jernang yang lebih diutamakan adalah buahnya dibanding
batangnya karena memiliki resin yang terdapat pada buahnya.
Deskripsi morfologi
atau bentuk buah jernang adalah secara umum hampir semua jenis pada bagian
kulit buah yang bersisik akan dijumpai adanya lapisan terluar berupa butiran
halus getah berwarna kemerahan yang secara perlahan hingga buah menjelang matang
akan gugur dan hilang, untuk kemudian berubah warna menjadi kuning mengkilat
sebagai tanda fisiologis buah memasuki masa masak.
Rotan semula hanya digunakan sebagai bahan tali temali dan perangkap ikan,
tetapi sejak munculnya para pengrajin dari daratan China, rotan menjadi
komoditas dan mata perdagangan penting sebagai penghasil devisa utama setelah
migas dan kayu.
Secara umum masyarakat pemungut getah jernang melakukan pola pemanfaatan
produk buah rotan penghasil jernang, dilakukan dengan cara menebang pohon.
Dengan cara tersebut secara umum mengakibatkan potensi pohon di daerah
penghasil mengalami kemunduran dan karena tidak diikuti oleh upaya penanaman
kembali, potensi produksi pohon rotan
penghasil getah jernang terus menurun.
Taksonomi
Penamaan rotan jernang di berbagai daerah
berbeda-beda. Di Indonesia dikenal dengan sebutan Rotan Jernang atau Rotan
Tunggal, di Malaysia disebut Rotan Tunggal, di Thailan disebut Waai Khipet.
Rotan-rotan yang memiliki kekerabatan yang dekat dengan rotan jernang antara
lain : rotan getah, rotan latung, rotan sendang, rotan tanah, rotan manau padi,
rotan lilin, rotan bulu rusa dan rotan sabut.
Dalam dunia tumbuhan kedudukan tanaman rotan
jernang dapat dilihat pada sistematika sebagai berikut2 :
Sementara itu kedudukan
botani Daemonorops draco :
Kingdom/Dunia : Plantae
Phylum : Tracheophyta (berpembuluh)
Class/klas : Liliopsida
Order/ordo : Arecales
Family/famili : Noctuoidea
Genus/ : Daemonorops
Specific epithet : Draco
– (Willd) Blume
Botanical name/Species : Daemonorops
draco (Wild) Blume
Morfologi
Masih menurut Yana Sumarna (2004), tumbuhan rotan
jernang yang termasuk sebagai tumbuhan liana (merambat) memiliki bagian organ
tumbuh terdiri dari :
- Akar Rotan, sebagai tumbuhan palmae liana
memiliki system perakaran serabut dengan akar yang bergerak vertical sangat
sedikit dibanding dengan akar yang bergerak sejajar dengan permukaan tanah.
Kondisi tersebut mengisyaratkan bahwa tumbuhan tidak dapat tegak seperti pohon,
sehingga untuk tetap tegaknya tumbuhan rotan dalam memperoleh cahaya sebagai
sumber energi hidup (asimilasi) diperlukan adanya pohon untuk merambat. Untuk tujuan
tegaknya batang rotan, maka secara biologis rotan akan membentuk duri kait
serta adanya sulur panjat (flagellum) sebagai
alat untuk memanjat dan mengait pada percabangan pohon. Bagian akar khusus
untuk kelompok jenis rotan berumpun, bagian akar akan membentuk calon batang (stolon).
- Batang Rotan, dengan bentuk silindris
beruas-ruas merata dan atau menonjol, tumbuh tunggal (soliter) atau berumpun.
Ukuran diameter batang akan menjadi pembatas dalam kelas peruntukan dalam
pemanfaatan untuk tujuan produksi barang jadi.
- Daun Rotan, dengan sifat majemuk dan
berpelepah menutupi permukaan ruas batang membentuk tabung, pada masa
pertumbuhan vegetatif dan tumbuhan rotan dapat berdiri tegak, pada satuan daun
bagian ke ujung akan termodifikasi menjadi duri kait untuk alat bantu pohon dan
tegaknya batang.
- Organ Panjat Rotan, berupa sulur panjat (flagellum) yang muncul pada pangkal ruas dan umumnya akan tumbuh
bila pohon rotan memerlukan alat untuk membentuk tegaknya batang dalam mencari
cahaya.
- Duri Rotan, yang berposisi mengarah ke dalam, secara fisiologis tumbuh pada bagian bawah permukaan tulang
daun dan pelepah serta ujung daun, terbentuk sebagai bagian dari kelengkapan
hidup dan tumbuhnya rotan dalam mengait pada pohon.
- Buah Rotan,
sesuai ragam jenis
memiliki bentuk bulat atau lonjong dengan bagian buah terdiri dari kulit buah
yang berupa sisik, lapisan dalam berupa selaput yang membungkus daging buah
yang bagian terdalam berupa benih dan embrio bahan tananam yang dalam kondisi
masak berwarna coklat-hitam. Khusus pada beberapa jenis tumbuhan rotan, khusus
dari keluarga Daemonorops sp, pada bagian kulit buah lapisan terluar
terdapat produk turunan buah berupa getah berwarna merah dan dalam perdagangan
internasional dikenal sebagai produk darah naga atau “ dragon blood ”
Deskripsi morfologi atau bentuk buah jernang
adalah secara umum hampir semua jenis pada bagian kulit buah yang bersisik akan
dijumpai adanya lapisan terluar berupa butiran halus getah berwarna kemerahan
yang secara perlahan hingga buah menjelang matang akan gugur dan hilang, untuk
kemudian berubah warna menjadi kuning mengkilat sebagai tanda fisiologis buah
memasuki masa masak.
Khusus terhadap jenis rotan yang memiliki kualitas
produk penghasil getah jernang, 5 jenis diantaranya dari genus Daemonorps sp
yakni D. draco, D. draconcellus, D. didymophylla,
D. mattanensis dan D. micracantha. tergolong jenis penghasil getah jernang
unggulan yang hanya dapat diperoleh dari wilayah hutan Sumatera dan Kalimantan.
Khusus di wilayah Sumatera jenis rotan unggulan penghasil getah jernang adalah
jernang pulut (D. draco), jernang
burung (D. didymophylla ) dan jernang
salak ( D. draconcellus ).
Jenis-jenis Jernang
Ada beberapa jenis rotan jernang yang sering
dijumpai di wilayah Sumatera, seperti yang ditemui di desa Lamban Sigatal
Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun, antara lain sebagai berikut :
- Jernang Pulut
- Jernang Rambai
- Jernang Burung
- Jernang
- Jernang
Persyaratan Tumbuh Jernang
Tanah
Tanaman jernang menyukai
tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, dan mengandung air. Lahan
tempat tumbuh jernang berupa tanah hutan, perkebunan yang memiliki kandungan
hara yang cukup.
Iklim
Unsur-unsur iklim yang
perlu diperhatikan dalam pertumbuhan
jernang antara lain ketinggian tempat, intensitas cahaya, serta temperatur dan
kelembapan. Tanaman jernang dapat ditanam di dataran rendah atau dataran
tinggi. Kisaran ketunggian yang sesuai untuk tanaman ini antara 500 – 2000 m di
atas permukaan laut. Waktu yang tepat untuk menanam jernang adalah pada awal
musim penghujan (bulan Oktober – November).
Temperatur berperan dalam
menentukan masa berbuah dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan. Pada temperatur lingkungan yang tinggi tanaman akan berkembang
dengan lambat dan sebaliknya. Demikian pula, fase pembentukan buah dan masa
panennya berlangsung lambat. Pada temperatur lingkungan optimal tanaman akan
memperlihatkan pertumbuhan yang normal.
Intensitas cahaya menjadi
salah satu indikator yang mempengaruhi pertumbuhan jernang sehingga ketika
tanaman jernang masih muda sangat perlu dilakukan pembersihan lokasi sekitar
tanaman sehingga tanaman mudah dalam memperoleh cahaya secara langsung dari
matahari. Dalam batas yang normal intensitas cahaya akan memberikan pengaruh
yang baik terhadap pertumbuhan batang jernang.
PUSTAKA
- Yana Sumarna, Budidaya rotan penghasil getah
jernang, Badan Puslitbang Bogor 2004
- Anoname, www.plantamor,
informasi species. Download tanggal 04 April 2008 , pukul 11.45 WIB.